Viewhanya ikan mati yang mengikuti AE MISC at Universitas Diponegoro. 4.6. Arus Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di Hanya ikan mati yang mengikuti arus sungai." (Anonim) Pepatah ini sama sekali tidak mengatakan bahwa ikan akan selalu melawan aliran sungai. Namun, ikan yang hanya mengikuti ke mana pun arus sungai membawanya adalah ikan yang mati. Berbicara mengenai ikan yang melawan arus, kita dapat melihat contoh inspiratif dari ikan salmon. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Lainnnya Friday, 02 Jun 2023, 0137 WIB /> Ketertarikan tiap individu memang beragam. Tidak semua orang dapat mengikuti dan berada pada arus ketertarikan yang sama. Contohnya saja kita sebagai mahasiswa. Jika kehidupan mahasiswa ini diibaratkan sebagai arus dan kami semua penghuni perguruan tinggi adalah ikan, maka mahasiswa harus melawan arus agar tetap bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, hanya ikan mati saja yang terseret arus. Diombang-ambingkan oleh air yang entah itu nanti sang ikan berlabuh di laut penuh sampah atau lautan yang indah. Kini pilihan hanya ada dua, yaitu mengikuti arus atau mati terombang-ambing tenggelam oleh laut keapatisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apatis berarti acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh dengan lingkungan sekitar. Dari lansiran Mahasiswa apatis ini biasanya mahasiswa akademis, yang senang sekali mengejar indeks prestasi tinggi, ini sih kata mahasiswa idealis tadi, yang katanya mengikuti arus, bukan apatis. Kehidupan mahasiswa seolah-olah terbagi menjadi dua kubu. Kubu mahasiswa idealis yang beranggapan bahwa mahasiswa apatis sebagai mahasiswa yang tidak peka, pragmatis, dan belum menyadari hakikatnya sebagai mahasiswa. Serta kubu mahasiswa apatis yang memiliki anggapan jika idealis sebagai orang-orang yang cari ketenaran dan mengidap penyakit sok pahlawan. Semua itu hanya perbedaan cara pandang yang menyebabkan dua kubu mahasiswa ini saling bersengketa. Padahal, mahasiswa apatis tentu memiliki alasan mengapa mereka cenderung menghindar dari kegiatan-kegiatan non akademik seperti organisasi. Tuntutan bertahan hidup di daerah perantauan terkadang memaksa sebagian mahasiswa untuk mengesampingkan kehidupan organisasi. Tidak jarang juga mahasiswa memilih untuk mengembangkan potensi dalam dirinya dengan kegiatan yang bukan berbungkus kemahasiswaan. Pet society, parkour, breakdance dan lain-lain adalah bentuk pengembangan diluar kampus. Kira-kira begitulah beberapa pargraf yang dilansir dari media . Sebagai mahasiswa yang notabene adalah manusia dewasa, mahasiswa apatis kia berakar sebab banyak individu yang menghindar dari jamaan politik kampus. Padahal ilmu dari politik yang ada disekitar mereka hanya ilmu terapan yang seharusnya dapat mulai dipelajari dari ilmu murni tanpa harus terjun kedalamnya. Bisa diibaratkan mereka yang apatis ini koruptor, pengusaha yang memonopoli dan sama sekali tidak peduli dengan kehidupan bangsa ini. Hidup menjadi mahasiswa adalah tempat belajar, tempat dimana individu meraup pengalaman sebanyak-banyaknya, serta memupuk kesalahan. Ada sebuah kutipan yang menarik dari Soe Hok Gie. "Ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus? Tapi aku memilih menjadi manusia yang merdeka". Namun perdebatan antara apatis dan idealis tersebut tidak berjalan sesuai pada keadaan lapangannya karena individu sekarang hanya berpegang pada kepentingan belaka. Bukan memerdekakan diri atau melarikan diri, melainkan memenjarakan diri pada ruangan sempit tak berwawasan tinggi atas toleransi dan kesadaran akan bangsa sendiri. apatis lumrah idealis mahasiswa Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Lainnnya Terpopuler Tulisan Terpilih – Pernahkah Anda melihat ikan-ikan kecil di aliran air di selokan atau sungai? Adakah mereka hanyut mengikuti arus? Ikan-ikan itu berenang kesana kemari tanpa peduli kemana arus air mengalir. Hanya ikan mati yang selalu ikut arus. Bahkan dalam sebuah film dokumenter karya Harun Yahya dijelaskan betapa heroiknya ikan salmon ketika mencari lokasi kolam di mana mereka pertama kali menetas. Ikan salmon harus mengarungi ribuan kilometer lautan untuk bisa kembali. Kawanan salmon menyeberangi selat dan masuk ke sungai. Tak hanya itu, mereka harus berenang melawan arus sungai hingga sampai di hulu. Di sanalah mereka kemudian beranak pinak. Ini gambaran betapa ikan tidak mudah hanyut mengikuti arus air. Hanya ikan mati yang selalu ikut arus. Sebagai makhluk yang paling mulia, manusia harus mengambil hikmah dari ikan. Kita tak boleh mudah hanyut dengan arus kehidupan. Tidak gampang ikut-ikutan derasnya kemajuan zaman. Kita tidak layak menyalahkan lingkungan yang rusak. Kita tidak pantas terus-menerus menuding kesalahan pada masyarakat luas. Sebab masing-masing pribadi punya tanggung jawab terhadap apa yang akan dan telah diperbuat. Banyak teladan yang telah memberi teladan bagi kita. Misalnya Nabi Ibrahim as. Kebanyakan masyarakat pada zamannya menyembah patung. Bahkan sang ayah pembuat berhala. Namun Ibrahim muda memutar otak apakah pantas patung bisa memberi manfaat atau mudharat bagi manusia. Bahkan saat dipukul pakai kapak, berhala-berhala itu tak berkutik. Jika kita ada yang beralasan dan berapologi Ibrahim as seorang nabi yang terjaga dari kesalahan, kita bisa ambil contoh lainnya. Sebut saja Ashabul Kahfi. Tujuh pemuda ini tidak mau hanyut di tengah kerusakan moral kaumnya. Mereka harus hijrah dan beristirahat di sebuah gua. Takdir Allah berlaku bagi mereka. Selama 309 tahun mereka tertidur di gua. Setelah bangun, mereka mendapati sudah terjadi perubahan total di masyarakatnya. Kaum mereka tunduk pada agama tauhid. Kita bisa mengambil teladan dari Hasan Al Banna. Tokoh pembaharu dakwah Islam di Mesir ini mendapati tempat shalat yang sangat tak layak di kampusnya dulu. Tokoh yang lahir pada 1908 ini terkejut dengan kodisi musala yang berada di bawah tanah dan kondisi yang tak layak. Seorang petugas kebersihan mengakui inilah keadaan yang sesungguhnya di kampus. Pihak perguruan tinggi tidak memberi ruang yang layak. Para dosen dan mahasiswa tak begitu peduli. Artinya jarang ada yang salat di musala. Bisa dikatakan tak ada yang salat berjemaah di kampus. Atau bahkan jarang yang salat. Hasan Al Banna mengajak beberapa rekan untuk salat di musala. Tak banyak yang merespon ajakannya. Ada yang pesimistis bahkan ada yang mencibir. Namun Hasan Al Banna semakin bulat tekadnya. Ia mengumandangkan azan di lapangan. Tentu saja ini mengejutkan para mahasiswa dan dosen. Terjadilah pro dan kontra. Namun Hasan Al Banna bergeming. Satu demi satu civitas akedemika mendatangi lapangan untuk salat berjemaah. Kian hari makin makin ramai. Akhirnya pihak kampus setuju membangun masjid di kampus. Maka ikan selalu berenang kesana kemari tak peduli kemana arusnya. Mereka bergerak atas ilham dari Allah. Demikian jiwa dan raga yang hidup. Mereka selalu bergerak tanpa peduli arus utama di masyarakat. Kisah-kisah di atas membuktikan satu hal hanya ikan mati selalu yang ikut arus. TIMIKA - PT Freeport Indonesia membantah pihaknya menjadi penyebab terjadinya kematian massal ikan di sejumlah sungai. PT Freeport Indonesia menegaskan bahwa kematian massal ikan di sejumlah sungai ujung tanggul barat pengendapan tailing hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan Amamapare belum lama ini sebagai akibat fenomena alam, bukan karena limbah tailing perusahaan itu."Yang jelas itu fenomena alam. Setiap tahun terjadi hal seperti itu. Hanya saja kebetulan kali ini lokasi ikan yang mati itu dekat dengan area pengendapan tailing," kata Eksekutif Vise President PT Freeport bidang Sustainable Development Sonny ES Prasetyo di Timika, Senin 18/4/2016.Sonny mengatakan terkait kasus tersebut Pemkab Mimika sedang berupaya mencari data yang akurat melalui pemeriksaan laboratorium terhadap sampel ikan yang ditemukan mati. "Kita tunggu saja hasilnya. Tapi yang jelas ini karena faktor alamiah. Ikan yang mati itu merupakan ikan migran mengikuti arus dan ketersediaan plankton makanan sehingga masuk ke perairan yang lebih dangkal. Ikan-ikan yang mati itu bukan ikan lokal," kajian yang dilakukan Departemen Lingkungan Hidup PT Freeport, katanya, jutaan ikan yang mati tersebut merupakan jenis ikan tersebut bermigrasi dari laut dalam mengikuti arus. Populasi ikan sarden tersebut biasanya hidup di laut dengan kedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan Jumat 15/4/2016, Wakil Bupati Mimika Yohanis Bassang bersama sejumlah anggota DPRD setempat melakukan inspeksi mendadak ke kawasan pengendapan tailing Freeport di Tanggul Barat yang menjadi lokasi ditemukannya jutaan ikan yang mati kegiatan sidak tersebut, tim Pemkab Mimika dan Departemen Lingkungan Hidup PT Freeport mengambil sejumlah sampel ikan yang mati untuk selanjutnya diteliti di Bassang mengatakan dugaan sementara kematian massal ikan tersebut karena bermigrasi dari laut dalam ke perairan dangkal."Kami masih menunggu hasil uji laboratoriumnya seperti apa. Sampel ikan dan air sungai dari lokasi itu sudah diambil untuk diteliti," kata meminta Freeport jangan menutup-nutupi soal berbagai kandungan kimiawi pasir sisa tambang alias tailing yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat setempat."Kalau memang ikan-ikan ini mati akibat limbah Freeport, perusahaan harus terbuka kepada masyarakat, jangan tutup-tutupi," tegas Wakil Ketua I Lemasko Georgorius Okoare menuntut PT Freeport bertanggung jawab atas kematian massal berbagai jenis ikan dan biota sungai lainnya di sungai-sungai sepanjang ujung tanggul barat hingga Cargo Dok Pelabuhan Amamapare, Kabupaten Mimika."Kami merasa bahwa Freeport sedang berupaya membunuh masyarakat Suku Kamoro yang ada di sekitar area konsesinya. Ini ada apa? Masa' di sungai-sungai lain di wilayah barat dan timur Mimika tidak ada ikan-ikan yang mengapung dan mati, tapi hanya terjadi di sungai-sungai ujung area pengendapan tailing Freeport," kata menduga kematian jutaan ekor ikan ini akibat limbah beracun."Mungkin mereka membuang mercuri ke sungai. Kami secara tegas menolak opini yang menyatakan bahwa ini ada kaitannya dengan perubahan iklim dan kehabisan plankton. Pertanyaannya, mengapa di sungai-sungai lain tidak ada kejadian seperti ini," tutur Georgorius. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini Freeport Sumber Antara Editor Saeno Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

hanya ikan mati yang mengikuti arus